LAPORAN
PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN
KE 3
ISOLASI FLAVONOID
DARI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata)
Nama : Lusiana Danis
Pramesti
NIM :
1606067071
Kelompok : A3
Hari, Tanggal Praktikum :
Sabtu,
Dosen Pembimbing :
Erma
Yunita, M.Sc., Apt
LABORATURIUM
FITOKIMIA
AKADEMI
FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
HALAMAN
PENGESAHAN DAN PERNYATAAN
Laporan Praktikum FITOKIMIA Percobaan Ke 3
dengan Judul ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) adalah benar sesuai dengan hasil praktikum
yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri berdasarkan data hasil
praktikum yang telah dilakukan.
Dosen
Pembimbing,
(Erma Yunita, M.Sc., Apt)
|
Yogyakarta,
…………………..
Mahasiswa,
(Lusiana Danis Pramesti)
|
Data
Laporan (Diisi dan diparaf oleh
Dosen/Laboran/Asisten)
Hari, Tanggal Praktikum
|
Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan
|
|
|
Nilai
Laporan (Diisi oleh Dosen)
No.
|
Aspek Penilaian
|
Nilai
|
1.
|
Ketepatan
waktu pengumpulan (10)
|
|
2.
|
Kesesuaian
laporan dengan format (5)
|
|
3.
|
Kelengkapan
dasar teori (15)
|
|
4.
|
Skematika
kerja (10)
|
|
5.
|
Penyajian
hasil (15)
|
|
6.
|
Pembahasan
(20)
|
|
7.
|
Kesimpulan
(10)
|
|
8.
|
Penulisan
daftar pustaka (5)
|
|
9.
|
Upload
data via blog/wordpress/scribd/ academia.edu (10)
|
|
TOTAL
|
|
LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN KE 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI (Boesenbergia
pandurata)
I.
Judul
Praktikum
Isolasi Flavonoid Dari Temu
Kunci (Boesenbergia pandurata)
II.
Tujuan
Praktikum
Mahasiswa mengetahui
langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci
dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
III.
Dasar
Teori
1. Klasifikasi dan tata nama
Kerajaan
|
:
|
Plantae
|
Subkerajaan
|
:
|
Tracheobionta
|
Superdivisi
|
:
|
|
Divisi
|
:
|
Magnoliophyta
|
Kelas
|
:
|
Liliopsida
|
Bangsa
|
:
|
Zingiberales
|
Suku
|
:
|
Zingiberaceae
|
Marga
|
:
|
Boesenbergia
|
Jenis
|
:
|
Boesenbergia pandurata (Roxb.)
Schlechter
|
Sinonim
|
:
|
Boesenbergia
rotunda (L.) Mansf. Kaempferia
pandurata (Roxb.) Gastrochilus
pandurata (Roxb.) Ridley
Curcuma rotunda L.
|
(Herbarium Bandungense
ITB, n.d.; USDA, 2000)
2. Nama
daerah (Rukmana, 2008)
Temu Kunci
(Melayu, Sunda), Tamu kunci (Minangkabau), Kunci (Jawa), koncih (Sumatera),
Konce (Madura), Dumu kunci (Bima), Tamu Konci (Makasar), Konsih atau kangean
(Ambon), Anipa Wakang (Hila-Alfuru), Anipa Wakang, Uni Noiwo, Uni Rawu, atau
Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru), Rutu Kakuzi atau Enesitale (Seram), Tamputi
(Ternate), dan Temu Konci (Bugis).
3. Nama
asing (Geonadi, Fitria, Ayu, Sulistyorini, & Asyiah, n.d.)
Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese
Ginger, Ginger key, atau Chinese Key (Cina).
4. Uraian
Temu Kunci
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam
tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang
asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal,
berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah
daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun
berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak
berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar,
menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan
tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung
daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang
pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).
Tanaman
ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada
bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini
adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh
baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan
pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata
airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang
cepat busuk) (Plantus,
2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan
pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit
2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
5. Manfaat
Temu Kunci
Secara umum, masyarakat menggunakan
rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk,
peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan
pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci ( Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli,
Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada
pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu
kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai
efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak
rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada
percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari
penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat
menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa)(Plantus,2008).
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan
6. Maserasi
Secara harfiah berarti merendam. Metode ini merupakan metode
yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Catatan jika
menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di
khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi
sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara
penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar
kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.
7. Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C5 terdiri
atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon. Cincin A
mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan
cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H.,
2001). Struktur dasar flavonoid C6-C3-C6 :
8. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik
pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase
yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung
pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan
sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika
fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi
serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak
dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi
yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan
kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan
kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk.,
1995).
IV.
Alat
dan Bahan
ALAT
1.
Seperangkat alat maserasi
2.
Seperangkat alat KLT
3.
Beaker glass
4.
Stirer
5.
Rotavapour
6.
Cawan porselin
BAHAN
1. Simplisia
temu kunci (Boesenbergia pandurata)
2. Etanol
3. Etil
asetat
4. Heksan
5. Standar
pinostrobin
V.
Cara
Kerja
1. EKSTRAKSI
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci
yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian
tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam
menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang
lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.
2. ISOLASI
DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan
pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang
digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu
UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai. Bercak yang ditandai dikerok dan
dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.
3. IDENTIFIKASI
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil,
larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan
kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a. Fase
diam : Silika gel GF 254
b. Fase
gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)
c. Cuplikan
: Larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol
d. Deteksi
: UV 254
Catat
harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
VI.
Hasil
Nama simplisia : Boesenbergia
Pandurata
Metode ekstaksi :
Maserasi
Jumlah pelarut yang
diperlukan : 500 ml
Jumlah siklus : -
Rendemen ekstrak :
-
Pemerian ekstrak
1. Aroma
: Khas aromatik
2. Warna
: Kekuning-kuningan
3. Bentuk/tekstur
: Cair
Hasil pengamatan dengan kromatografi
1. Fase
diam : silika gel GF 254
2. Fase
gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)
3. Pembanding
: Pinostrombin
4. Deteksi
: UV 366
Rotary evaporator
1. Suhu : 60⁰C
2. Putaran : 80 rpm
3. Waktu : 8.40 – 10.20 (100 menit)
Ekstrak
Berat cawan kosong : 36, 294 gram
Berat cawan + ekstrak : 57,758 gram
Berat ekstrak : 36, 294 gram – 57,758 gram
: 21, 464 gram
VII.
Pembahasan
Temu
kunci merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat. Bagian
yang digunakan umumnya adalah rimpang. Tanaman ini diperbanyak dengan
pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian(tiap bagian terdapat paling sedikit
dua tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak 30 cm.
Salah
satu kandungan zat aktif dari temu kunci adalah flavonoid. Flavonoid merupakan
salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan
dalam jaringan tanaman. Tanaman yang mengandung flavonoid dapat digunakan
sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi, antialergi dan antihipertensi.
Pada
praktikum kali ini dilakukan isolasi temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan
isolasi flavonoid dari temu kunci tersebut. Metode ekstraksi yang digunakan
untuk ekstraksi temu kunci adalah maserasi. Maserasi merupakan metode yang
paling sederhana dalam isolasi flavonoid yang berarti merendam simplisia dengan
pelarut yang sesuai.
Dalam
praktikum ini ekstrak sudah dibuatkan, sehingga ekstrak langsung dipekatkan
dalam rotary evaporator sampai didapat ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh, ditotolkan
pada plat silika gel GF 254 memanjang dengan 15 totolan dan pembanding
pinostrombin 2 totolan. Setelah itu dielusikan di chumber yang telah
dijenuhkan.
Chumber
dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat : heksan (1:4). Tujuan penjenuhan
untuk menyamakan tekanan dalam chumber. Elusi ditunggu sampai fase gerak
mencapai batas yang ditentukan dan dilakukan uji KLT preparatif.
Hasil
identifikasi dalam KLT diperoleh hasil bahwa pendaran cahaya pada ekstrak temu
kunci saling berikatan (tidak terjadi pemisahan) dan elusi kurang sempurna. Hal
ini dikarenakan penotolan bleber (ekstrak masih mengandung banyak air) dan
silika gel rusak saat penotolan sehingga ekstrak tidak terelusi dengan baik.
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
dapat disimpulkan bahwa ekstrak temu kunci yang diekstraksi dengan maserasi
tidak dapat dihitung harga Rf-nya dikarenakan tidak terjadi pemisahan pada
pendaran dibawah sinau UV 366 dan elusi pada plat KLT kurang sempurna karena
penotolan bleber (ekstrak kurang kental) dan silika rusak saat penotolan.
IX.
Daftar
Pustaka
Utami, Putri Wahyu.2012. Efek Ekstrak Etanol 70 % Rimpang Temu
Kunci (Boesenbergia
pandurata (Roxb) Schlechter) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus yang Diinduksi
Kalium Oksalat. Jurusan FMIPA : UI Press
Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas
Antioksidan pada
Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga, L) dengan Metode DPPH (1,1-
Difenil, 2-pikellhidroksil. Jurusan FMIPA : Universitas Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Herbarium Bandungense, Institut Teknologi Bandung. (n.d). Klasifikasi
Tumbuhan Boesenbergia
rotunda (L.) Mansfeld. Januari
25, 2012. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=1 98177.
Geonadi,
F.A., Fitria, M., Ayu, D.P., Sulistyorini, E., & Asyiah, Cancer
Chemoprevention Research Center, Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada. (n.d). Temu
Kunci
Rukmana, R. (2008). Temu-temuan, apotik hidup di pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.,
17-19.
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult).
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci-boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [15 Maret 2008]
Hostettmann,
K., dkk., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.
Sastrohamidjojo,
Hardjono., 2001, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.
Lucky Club Casino Site Review - Lucky Club
ReplyDeleteLucky Club Casino has been in operation since 1998 and luckyclub is licensed and regulated in Malta. They're one of the more established online casinos in the UK and is a Rating: 3 · Review by Lucky Club