LAPORAN
PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN
KE 5
ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI DAUN SEREH (Cymbopogon
winterianus)
Nama : Lusiana Danis
Pramesti
NIM :
1606067071
Kelompok : A3
Hari, Tanggal Praktikum :
Sabtu,
5 Mei 2018
Dosen Pembimbing :
Erma
Yunita, M.Sc., Apt
LABORATURIUM
FITOKIMIA
AKADEMI
FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
HALAMAN
PENGESAHAN DAN PERNYATAAN
Laporan Praktikum FITOKIMIA Percobaan Ke 5
dengan Judul ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI DAUN SEREH (Cymbopogon winterianus) adalah benar
sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun
sendiri berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.
Dosen
Pembimbing,
(Erma Yunita, M.Sc., Apt)
|
Yogyakarta,
26 Mei 2018
Mahasiswa,
(Lusiana Danis Pramesti)
|
Data
Laporan (Diisi dan diparaf oleh
Dosen/Laboran/Asisten)
Hari, Tanggal Praktikum
|
Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan
|
Sabtui, 5 Mei 2018
|
Sabtu, 26 Mei 2018
|
Nilai
Laporan (Diisi oleh Dosen)
No.
|
Aspek Penilaian
|
Nilai
|
1.
|
Ketepatan
waktu pengumpulan (10)
|
|
2.
|
Kesesuaian
laporan dengan format (5)
|
|
3.
|
Kelengkapan
dasar teori (15)
|
|
4.
|
Skematika
kerja (10)
|
|
5.
|
Penyajian
hasil (15)
|
|
6.
|
Pembahasan
(20)
|
|
7.
|
Kesimpulan
(10)
|
|
8.
|
Penulisan
daftar pustaka (5)
|
|
9.
|
Upload
data via blog/wordpress/scribd/ academia.edu (10)
|
|
TOTAL
|
LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
Percobaan 5
Isolasi dan Identifikasi
Minyak Atsiri dari Daun Sereh (Cymbopogon
winterianus)
I.
Judul
Praktikum
Isolasi dan Identifikasi Minyak Atsiri dari Daun
Sereh (Cymbopogon winterianus).
II.
Tujuan
Praktikum
Mahasiswa dapat memahami prinsip isolasi minyak
atsiri dan dapat mengerjakan isolasi beserta identifikasinya dengan
kromatografi lapis tipis (KLT).
III.
Dasar
Teori
1. Monografi
Sereh
Sistematika tanaman sereh sebagai berikut (Lutony, 2002):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisio :
Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus L
Di Indonesia, terdapat dua jenis
tanaman sereh, yaitu sereh dapur (Cymbopogon citratus) dan sereh wangi (Cymbopogon
nardus L). Di Srilangka, tanaman ini tumbuh alami, tetapi dapat di tanam
dalam berbagai kondisi tanah di daerah tropis yang lembab, cukup matahari, dan
memiliki curah hujan relatif tinggi. Di indonesia, tanaman sereh banyak di
temui di daerah Jawa dan dikenal dengan nama ‘sere’ (Armando, 2009).
Tanaman sereh Jawa tumbuh pada
berbagai tanah yang memiliki kesuburan cukup. Tanah jenis geluh pasiran pada
ketinggian 180-450 m di atas permukaan laut, iklim lembab dengan curah hujan
teratur menghasilkan minyak yang berkualitas tinggi. Hasil minyak sereh yang
paling tinggi diperoleh dari tanaman yang ditanam pada tanah geluh pasiran
dengan pH 6,00 hingga 6,50, Sedangkan tanah dengan pH lebih rendah tidak cocok
untuk tanaman sereh (Sastrohamidjojo, 2004).
Kandungan kimia yang terdapat di
dalam tanaman sereh antara lain, sitronelal, geraniol, sitronelol dan sisa
hasil destilasi mengandung sekitar 2 % nitrogen yang dapat digunakan sebagai
pupuk (Sastrohamidjojo, 2004). Termasuk suku rumput rumputan, di budayakan
untuk di ambil daunnya sebagai bumbu masak,atau disuling di ambil minyaknya
(Harris, 1990).
2.
Destilasi
Prinsip destilasi adalah untuk
isolasi atau pemisahan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan titik
didih, pada metode destilasi air ini bahan yang akan didestilasi kontak
langsung dengan air mendidih, bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam
secara sempurna (Sastrohamidjojo, 2004).
Hasil destilasi umumnya berupa
minyak atsiri kasar yang mengandung air, diperlukan proses untuk penarikan air
dari minyak atsiri agar kualitas minyak atsiri meningkat dan warna menjadi
lebih jernih. Hasil penelitian Arswendiyumna (2011), metode penarikan air
menggunakan Natrium Sulfat (Na2SO4) anhidrat, dimana air akan ditarik oleh
Na2SO4 anhidrat hingga dihasilkan minyak atsiri dengan kemurnian yang tinggi.
Minyak atsiri yang sudah diisolasi perlu dilakukan pemeriksaan minyak atsiri untuk
mengidentifikasi secara kualitatif dengan cara identifikasi minyak atsiri
secara umum dan dianalisa parameter mutu minyak atsiri.
Minyak atsiri dapat diproduksi melalui
tiga model metode penyulingan,
yaitu
penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap, dan penyulingan dengan
air dan uap (Lutony, 2002).
a. Penyulingan Dengan Air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling
mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas
air atau terendam secara sempurna, tergantung dari berat jenis dan jumlah bahan
yang disuling. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan
dengan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung.
Minyak atsiri dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badam dan bunga mawar
cocok diproduksi dengan cara ini, sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan
bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung,
bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap
tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan (Lutony, 2002).
b. Penyulingan Dengan Air Dan Uap Pada
model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan di suling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air
sampai permukaannya tidak jauh dari bawah saringan. Ciri khas dari model ini
yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan yang
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony,
2002).
c. Penyulingan Dengan Uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau
penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan
langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak diisikan bersama - sama dalam
ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas pada
tekanan lebih dari 1 atmosfer. Di dalam proses penyulingan dengan uap ini, uap
dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan
tanaman yang akan di suling. Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas
melalui bahan yang disimpan di atas saringan (Lutony, 2002).
3. Minyak
Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau
yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak
eteris, minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di
udara terbuka. Istilah esential dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari
tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri
umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(Gunawan, 2010).
Minyak atsiri, minyak mudah menguap atau
minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau
padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan
dapat di defenisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran
yang terdiri dari atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap
mereka atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa
tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian
jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau
biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu
kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang
menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony, 2002).
4. Terpenoid
Terpenoid merupakan komponen-komponen
tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat
diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri. Minyak
atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara
sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa
terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan
terpenoid.
Terpen adalah suatu senyawa yang
tersusun atas isoprene
CH2=C(CH3)-
CH=CH2
dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini. Terpenoid terdiri atas
beberapa macam senyawa seperti monoterpen
dan seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen yang sukar menguap, dan
triterpen dan sterol yang tidak menguap.
Secara umum senyawa ini larut dalam lemak
dan terdapat dalam
sitoplasma sel tumbuhan.
Biasanya senyawa ini
diekstraksi dengan menggunakan petroleum
eter, eter, atau kloroform.
Steroid merupakan
senyawa
triterpen yang terdapat dalam bentuk glikosida (Harborne, 1987).
Uji triterpenoid dilakukan dengan cara
melarutan uji sebanyak 2 mL diuapkan.
Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform, lalu ditambah dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat.
Selanjutnya, campuran ini ditetesi dengan 2
mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung tersebut. Bila terbentuk
warna hijau kebiruan menunjukkan adanya
sterol. Jika hasil yang diperoleh berupa
cincin kecokelatan atau violet
pada perbatasan dua pelarut, menunjukkan adanya
triterpenoid (Jones and Kinghorn, 2006; Evans, 2009).
5. Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah suatu
nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara
kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak
(mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat
digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat
padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua
ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri
dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat,
kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler
(Hostettmann, K., dkk., 1995).
IV.
Alat dan Bahan
ALAT
1. Seperangkat
alat destilasi
2. Seperangkat
alat KLT
BAHAN
1. Daun
Sereh (Cymbopogon winterianus)
2. Minyak
citronella
3. Aquadest
4. n-Heksan
5. Natrium
Sulfat
6. Etil
Asetat
V.
Cara Kerja
1. ISOLASI
Timbang 1000 gram daun sereh segar yang dirajang
dengan ukuran ± 1 cm, masukkan ke dalam labu destilasi stahl kemudian tambahkan
air sebanyak 300 ml dan batu didih. Hubungkan labu dengan pendigin dan alat
penampung berskala. Didihkan labu dengan pemanasan yang sesuai selama 3 jam
atau sampai minyak atsiri terdestilasi secara sempurna dan tidak bertambah lagi
dalam bagian penampung berskala. Minyak yang diperoleh diukur untuk mengetahui
rendemen, kemudian pisahkan minyak atsiri dari air dengan bantuan natrium
sulfat.
2. IDENTIFIKASI
Kromatografi
lapis tipis:
a. Fase
diam : Silika gel GF 254
b. Fase
gerak : n-heksan : etil asetat (13:1, 7:3, 4:6)
c. Cuplikan
: Minyak atsiri hasil destilasi dan minyak citronella
d. Deteksi
: UV 254
VI.
Hasil
1. Isolasi
Nama
simplisia : Daun Sereh
(Cymbopogon winteranius)
Metode
ekstraksi : Destilasi Air
Jumlah
pelarut : Aquadest 400 ml
Jumlah
siklus / waktu : 1 jam 20 menit
Rendemen : -
Pemerian
Ekstrak
Aroma : khas aromatik
Warna : keruh / kekuningan
Bentuk
/ tekstur : minyak menguap
VII.
Pembahasan
Minyak atsiri merupakan minyak yang
umumnya dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri memiliki ciri-ciri yaitu
mudah menguap pada suhu kamar dan memiliki aroma yang wangi sesuai dengan
tumbuhan penghasilnya. Sebagian besar minyak atsiri berfungsi sebagai
antibakteri dan antijamur.
Pada praktikum kali ini dilakukan
isolasi minyak atsiri dari daun sereh (Cymbopogon winteranius) menggunakan cara
destilasi air dan identifikasi minyak atsiri hasil isolasi menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT). Cara destilasi merupakan cara yang populer
untuk memproduksi minyak atsiri. Destilasi yang digunakan adalah destilasi
dengan pelarut air dengan dasar pemisahan minyak atsiri immiscibility (tidak
campur) dan densitas antara minyak dan air.
Sereh yang diisolasi sebanyak 100 gram,
dicuci dan dirajang kecil-kecil untuk memperluas permukaan sereh yang akan
diisolasi. Dimasukkan dalam alat destilator dan ditambah pelarut yaitu air 400
ml. Destilator dinyalakan dan ditunggu sampai wadah penampung hasil isolasi
yang ditutup dengan kertas alumunium foil terisi penuh. Destilasi dilakukan
pada suhu 100˚C (suhu air mendidih) dan selama 1 jam 20 menit (wadah penuh).
Hasil destilasi dimasukkan dalam corong
pisah untuk memisahkan minyak dan air dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat
untuk mempercepat pemisahan. Hasil isolasi tidak dapat dihitung rendemennya
karena minyak atsiri yang diperoleh terlalu sedikit.
Pengujian minyak atsiri menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam silika gel GF 36,
fase gerak n-heksan : etil asetat (4 : 6) sebanyak 10 ml dengan pembanding
minyak citronell. Minyak atsiri dan pembanding ditotolkan sebanyak 10 totolan
pada silika gel kemudian dimasukkan dalam chumber yang telah dijenuhkan. Tunggu
sampai fase gerak naik pada batas fase diam. Setelah mencapai batas, ambil
dengan pinset, angin-anginnya sebentar, lalu ujuidibawah sinau UV 366. Dari
hasil identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) didapatkan hasil
bahwa minyak atsiri tidak terdeteksi / tidak nampak totolan. Hal ini bisa
dikarenakan karena minyak atsiri hasil isolasi yang terlalu sedikit / bercampur
air dan minyak atsiri yang diuji sudah menguap. Oeh karena itu, harga Rf tidak
bisa dihitung karena minyak atsiri tidak terdeteksi.
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil isolasi minyak atsiri dari daun
sereh sangat sedikit sehingga tidak dapat dihitung rendemennya dan hasil
identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis dibawah sinar UV 366
menunjukkan minyak atsiri dan pembandingnya tidak terlihat / tidak terdeteksi
sehingga tidak bisa dihitung harga Rf dikarenakan minyak atsiri yang terlalu
sedikit / masih bercampur dengan air dan minyak atsiri sudah menguap.
IX.
Daftar Pustaka
Armando, Rochim, 2009, Memproduksi 15 Minyak Atsiri
Berkualitas, Penebar Swadaya, Jakarta
Gunawan, D dan Mulyani, S., 2010, Ilmu Obat Alam
(Farmakognosi) Jilid 1, Penebar Swadaya, Jakarta.
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara
Modern Menganalisis Tumbuhan, Terbitan Kedua. Bandung: ITB
Harris, R., 1990.
Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hostettmann, K., dkk.,
1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.
Jones, W. P. and A. D.
Kinghorn. 2006. Extraction of
Plant Secondary
Lutony, T.L, dan Yeyet Rahmayati. (2002). Produksi dan
Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 1, 22, 65,
105, 109, 112-113, 32 -33.
Metabolites. In: Sarker, S. D., Latif, Z. and Gray, A. I.,
eds. Natural Products Isolation. 2nd
Ed. New Jersey: Humana Press. P.341-342
Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri. Penerbit
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal.1, 3, 66 – 67.
No comments:
Post a Comment