LAPORAN
PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN
KE 6
FRAKSINASI SECARA
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Nama : Lusiana Danis Pramesti
NIM :
1606067071
Kelompok : A3
Hari, Tanggal Praktikum :
Sabtu,
14 Juli 2018
Dosen Pembimbing :
Erma
Yunita, M.Sc., Apt
LABORATURIUM
FITOKIMIA
AKADEMI
FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
HALAMAN
PENGESAHAN DAN PERNYATAAN
Laporan Praktikum FITOKIMIA Percobaan Ke 6
dengan Judul FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR adalah benar sesuai dengan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri
berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.
Dosen
Pembimbing,
Erma Yunita, M.Sc., Apt
|
Yogyakarta,
28 Juli 2018
Mahasiswa,
Lusiana Danis Pramesti
|
Data
Laporan (Diisi dan diparaf oleh
Dosen/Laboran/Asisten)
Hari, Tanggal Praktikum
|
Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan
|
Sabtu, 14 Juli 2018
|
Sabtu, 28 Juli 2018
|
Nilai
Laporan (Diisi oleh Dosen)
No.
|
Aspek Penilaian
|
Nilai
|
1.
|
Ketepatan
waktu pengumpulan (10)
|
|
2.
|
Kesesuaian
laporan dengan format (5)
|
|
3.
|
Kelengkapan
dasar teori (15)
|
|
4.
|
Skematika
kerja (10)
|
|
5.
|
Penyajian
hasil (15)
|
|
6.
|
Pembahasan
(20)
|
|
7.
|
Kesimpulan
(10)
|
|
8.
|
Penulisan
daftar pustaka (5)
|
|
9.
|
Upload
data via blog/wordpress/scribd/ academia.edu (10)
|
|
TOTAL
|
|
Laporan
praktikum
Fitokimia
Percobaan
ke 6
Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-Cair
I.
Judul
Praktikum
Fraksinasi
Secara Ekstraksi Cair-Cair
II.
Tujuan
Praktikum
Mahasiswa
mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan Ekstraksi Cair-cair.
III.
Dasar
Teori
1. Tanaman temu kunci
Nama
tanaman : Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.)
Sinonim
: Kaempferia pandurata Roxb., Gastrochilus pandurata Roxb.,
Nama
simplisia : Rimpang temu kunci (Boesenbergiae rhizoma)
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)
a. Klasifikasi
tanaman
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Subkelas
: Zingiberidae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Boesenbergia
Spesies
: Boesenbergia pandurata Roxb.
(Backer
dan Van Den Brink, 1965)
b. Deskripsi
tanaman
Temu
kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) banyak tumbuh di daerah tropis
dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari dan April-Juni.
Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran
rendah dan di hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab,
pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik.
Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air) pertumbuhan akan
terganggu dan rimpang cepat busuk. Perbanyakan temu kunci dapat dilakukan
dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling
sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Temu
kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun
pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah
sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x
0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman
ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa
helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16
cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5
cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak,
bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus
tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai
daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm. Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak
berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm,
umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3
buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih,
berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset
dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala
sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran
(staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul,
6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang,
banyak biji dalam setiap ruang (Geonadi, dkk., 2008). Akar tanaman ini adalah
akar serabut berwarna putih kekuningan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
c. Kandungan
kimia
Rimpang
temu kunci mengandung banyak senyawa turunan flavonoid, minyak atsiri, dan
beberapa senyawa lain. Berdasarkan strukturnya, kandungan kimia rimpang temu
kunci dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kalkon (uvangoletin, kardamonin,
helikrisetin, flavokawain), kalkon terprenilasi (boesenbergin A, boesenbergin
B, (+)-panduratin A, (-)- panduratin A, panduratin C, (-)-isopanduratin A2,
(±)-isopanduratin A1, (+)- 4-hidroksipanduratin A, (-)-4-hidroksipanduratin,
(±)-6-metoksipanduratin A, (-)-nikolaiodeisin B, (+)-krakaizin A, (-)-krakaizin
A, (+)-krakaizin B, (-)- krakaizin B), flavanon (pinostrobin, pinosembrin,
alpinetin, sakuranetin), flavanon terprenilasi ((2R)-6-geranilpinostrobin,
(2S)-6-geranilpinostrobin, (-)-6-geranilpinosembrin), flavon (contohnya
tektokrisin), minyak atsiri monoterpenoid (geraniol, kamfor, borneol, mirsena,
terpineol, geranial, neral, kamfena, metil sinamat, γ-terpinena), minyak atsiri
non monoterpenoid (nerolidol, sitral, limonena, 11-dodeken-1-ol), dan
senyawa-senyawa lain seperti 5,6-dehidrokawain, asam benzoat terprenilasi
(geranil-2,4-dihidroksi-6-fenetilbenzoat), dan fenilpropanoid terprenilasi
(panduratin H dan panduratin I). (Chahyadi dkk., 2014).
d. Kegunaan
temu kunci
Boesenbergia pandurata telah
lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati gangguan perut,
diare, kolik, batuk kering, karies gigi, iritasi rongga mulut, rematisme, dan
infeksi jamur. Selain itu telah diuji juga sebagai antiseptik pada luka terbuka,
antimutagenik, antitumor, antiinflamasi, antioksidan, antibakterial, antiviral,
antiparasit, antiulkus, antiobesitas, dan pencegah hiperpigmentasi (Chahyadi
dkk., 2014). Minyak atsiri rimpang temu kunci berefek pada pengurangan
pertumbuhan Entamoeba coli, Staphylococcus aureus, dan Candida
albicans. Selain itu, dapat berefek pula dalam pelarutan batu ginjal
kalsium secara in-vitro. Perasan dan infus rimpang temu kunci juga
memiliki daya analgetik dan antipiretik (Sudarsono dkk., 2002).
2.
Ekstraksi
Ekstraksi
adalah kegiatan penarikan kandungan/senyawa kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair
(Anonim, 2000). Pemisahan senyawa aktif dalam ekstrak dapat dilakukan dengan
partisi. Prinsip partisi yaitu menggunakan pelarut yang kepolarannya sesuai
dengan kepolaran senyawa, seperti melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar
ataupun senyawa non polar dalam pelarut non polar. Proses partisi bergantung
pada perbedaan kemampuan larut solut dalam dua macam pelarut (solven) yang
tidak saling campur dan berbeda polaritasnya berdasarkan prinsip like-dissolves-like
(Snyder dan Kirkland, 1997).
Senyawa
aktif yang terdapat dalam simplisia biasanya digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah
diekstraksi oleh pelarut, karena itu penyerbukan simplisia tidak perlu sampai
halus sebelum diekstraksi. Penyerbukan sampai halus diperlukan pada simplisia
yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar karena zat aktifnya susah
diserap oleh pelarut. Selain memperhatikan sifat fisik dan senyawa aktif dari simplisia,
harus juga diperhatikan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam simplisia
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan gula, karena senyawa-senyawa ini akan
mempengaruhi tingkat kejenuhan pelarut sehingga akan berpengaruh pula pada
proses pelarutan senyawa aktif (Anonim, 2000).
3.
Fraksinasi
Proses
pemisahan senyawa yang terkandung dalam ekstrak melibatkan pembagian ekstrak
menjadi fraksi-fraksi tertentu. Tipe fraksinasi tergantung dari sampel dan
tujuan pemisahannya. Biasanya eluen dijalankan dalam kolom dan eluat dipisahkan
menjadi fraksi-fraksi yang dapat diatur, diikuti dengan analisis fraksi untuk
mendeterminasi kandungan senyawa masing-masing fraksi, kemudian diambil fraksi
dengan kandungan yang diinginkan. Mengumpulkan eluat ke dalam fraksi-fraksi
yang lebih kecil dimaksudkan untuk mengumpulkan senyawa-senyawa sedemikian rupa
sehingga didapatkan sekumpulan senyawa yang lebih murni. Namun demikian,
diperlukan perlakuan lebih lanjut pada setiap fraksi untuk memastikan kemurnian
senyawa yang terkandung.
4. Kromatografi
Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan
dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan
sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika
fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi
serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem
kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis
tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi
dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K.,
dkk., 1995).
IV.
Alat
dan Bahan
ALAT
1. Beaker
glass
2. Erlenmeyer
3. Corong
pisah
4. Gelas
ukur
5. Rotary
evaporator
BAHAN
1.
Ekstrak hasil maserasi temu kunci
2. n-Heksan
3. Etil
Asetat
4. Etanol
96%
5. Aquadest
6.
Standar pinostrobin
V.
Cara
Kerja
1. EKSTRAKSI
CAIR-CAIR
Ekstrak etanol hasil maserasi diencerkan dengan
etanol-air (1:1) sebanyak 150 ml, diaduk terus sampai encer dan homogen,
kemudian dimasukan kedalam corong pisah, difraksinasi berturut-turut dengan
pelarut n-heksan dan etil asetat. Mula-mula difraksinasi dengan n-heksan
sebanyak 150 ml diperoleh fraksi n-heksan dan etanol. Fraksi n-heksan
dipisahkan, kemudian fraksi etanol difraksinasi lagi dengan n-heksan sebanyak
150 ml, diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi etanol. Fraksi n-heksan dipisah.
Fraksi etanol-air difraksinasi lagi dengan etil asetat sebanyak 150 ml.
Diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3
kali dengan menggunakan 50 ml pelarut untuk setiap penyarian. Sari pertama,
kedua dan ketiga dikumpulkan dalam erlenmeyer secara terpisah. Ekstrak hasil
fraksinasi dipekatkan dengan rotary evaporator.
2. IDENTIFIKASI
Kromatografi
lapis tipis:
a. Fase
diam : Silika gel GF 254
b. Fase
gerak : n-heksan : etil asetat (4:1)
c. Cuplikan
: Hasil fraksi dan standar pinostrobin
d. Deteksi
: UV 254
VI.
Hasil
Nama
simplisia : Boesenbergia
pandurata
Metode
ekstraksi : Maserasi
Rendemen
ekstrak : -
Urutan
farksinasi :
1. Ekstrak
temu kunci hasil maserasi
2. Difraksinasi
sebanyak 4 kali dengan air 20 ml dalam corong pisah. Jika perlu ditambahkan
NaCl untuk mempercepat pemisahan.
3. Hasil
fraksinasi ke-2 dan ke-4 diuji kromatografi lapis tipis dengan pembanding
pinostrombin dari ekstrak temu kunci.
Jarak yang ditempuh pelarut : 8 cm
Jarak yang ditempuh sampel dan pembanding : 4 cm
Harga Rf :
0,5
VII.
Pembahasan
Ekstraksi cair-cair merupakan cara pemisahan satu atau
kebih senyawa dengan menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur dimana senyawa
tersebut terdispersi diantara dua fase sesuai dengan derajat kelarutannya
sehingga masing-masing jenuh dengan perbandingan konsentrasi tertentu dan
terjadi pemisahan. Metode ekstraksi ini seringkali disebut proses partisi dari
“crude extract” atau ekstrak kasar sehingga diperoleh sekumpulan senyawa kimia
dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda.
Pada praktikum ini dilakukan fraksinasi secara cair-cair
menggunakan ekstrak maserasi temu kunci dan air yang dipisahkan di corong isah.
Jika perlu ditambahkan NaCl untuk menarik air kebawah sehingga pemisahan
terlihat jelas terutama saat fraksinasi dilakukan berulang. Fraksinasi yang
dilakukan sebanyak 4 kali dengan aquadest.
Berdasarkan
hasil praktikum dapat terlihat pendaran cahaya hijau dari samoel fraksinasi
ke-2, fraksinasi ke-4 dan pembanding pinostrombin yang terkandung dalam ekstrak
temu kunci menggunaan silika gel GF 254 dibawah sinar UV 366 nm. Cahaya
berpendar terang pada ekstrak temu kunci, disusul hasil fraksinasi ke-2 dan
hasil fraksinasi ke-4, hal ini menunjukkan semakin banyak fraksinasi yang
dilakukan semakin redup pla cahaya pendaran sampel.
Hasil penjenuhan dengan fase gerak n-heksan : eril
asetat (4:1) didalam chumber didapatkan hasil jarak ketiga totolan sampel dan
pembanding sama sehingga harga Rf-nya sama yaitu 0,5.
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil fraksinasi menganding
pinostrobin. Tebal tipisnya cahaya yang berpendar dipengaruhi oleh banyaknya
pinostrobin yang terkandung dan banyaknya fraksinasi. Harga Rf sampel dan
standar sama yaitu 0,5.
IX.
Daftar
Pustaka
Hostettmann,
K., dkk., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.
Departemen
Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. 3 – 5. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
edisi kedua, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Backer, C.A
and Van den Brink, R.C.B., 1965, Flora
of Java Volume I,
N.V.P.Noordhoff,
Groningen.
Cahyadi, A.,
Hartati, R., Wirasutisna, K,R., and
Elfahmi. 2014. Boesenbergia
pandurata Roxb.,
An Indonesian Medicinal Plant:
Phytochemistry, Biological Activity,
Plant Biotechnology. Procedia Chemistry
13: 13-37
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan
Purnomo, 2002,
Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan, 96-100, Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Snyder LR,
Kirkland JJ, Glajch JL.Practical HPLC Method Development Second
Edition,
John Wiley & Sons, Inc, New York, 1997:616-712