Friday, June 29, 2018

IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)




LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA


PERCOBAAN KE 2
IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)







Nama                                       : Lusiana Danis Pramesti
NIM                                          : 1606067071
Kelompok                                : A3
Hari, Tanggal Praktikum        : Sabtu, 26 Mei 2018
Dosen Pembimbing                 : Erma Yunita, M.Sc., Apt







LABORATURIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018






HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Praktikum FITOKIMIA Percobaan Ke 2 dengan Judul IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) adalah benar sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.


Dosen Pembimbing,



(Erma Yunita, M.Sc., Apt)





Yogyakarta, 30 Juni 2018
Mahasiswa,



(Lusiana Danis Pramesti)


Data Laporan (Diisi dan diparaf oleh Dosen/Laboran/Asisten)
Hari, Tanggal Praktikum
Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan

Sabtu, 26 Mei 2018


Sabtu, 30 Juni 2018


Nilai Laporan (Diisi oleh Dosen)
No.
Aspek Penilaian
Nilai
1.
Ketepatan waktu pengumpulan (10)

2.
Kesesuaian laporan dengan format (5)

3.
Kelengkapan dasar teori (15)

4.
Skematika kerja (10)

5.
Penyajian hasil (15)

6.
Pembahasan (20)

7.
Kesimpulan (10)

8.
Penulisan daftar pustaka (5)

9.
Upload data via blog/wordpress/scribd/ academia.edu (10)

TOTAL









Laporan praktikum
Fitokimia
Percobaan ke 2
Identifikasi tanin dari daun sirih hijau (piper Betle l.)

A.    Judul Praktikum
Identifikasi tanin dari daun sirih hijau (piper Betle l.)

B.     Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat melakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau berikut analisis kualitatif golongan senyawa tersebut dengan metode kromatografi lapis tipis.

C.    Dasar Teori
1.      Klasifikasi Daun sirih (Piper betle L.)
Menurut Crounquist (1981), klasifikasi sirih (Piper betle L.) adalah sebagai berikut :
Divisi         : Magnoliophyta
Kelas         : Magnoliopsida
Subkelas    : Magnoliidae
Ordo          : Piperales
Famili        : Piperaceae
Genus        : Piper
Spesies      :Piper betle L.
2.      Deskripsi Daun sirih (Piper betle L.)
Menurut Fauziah (2007) tanaman sirih ini merupakan tanaman yang tumbuh merambat, mirip tanaman lada. Tingginya mencapai 5-15 m, tergantung pertumbuhan dan tempat merambatnya. Batangnya berwarna hijau kecokelatan. Daun sirih hijau berbentuk jantung dan berwarna hijau. Rasa sirih hijau tua pedas sehingga banyak dipakai untuk obat karena kandungan minyak atsirinya lebih tinggi, sirih berdaun hitam biasanya digunakan  sebagai obat. Permukaan daun agak kasar jika diraba. Bunganya merupakan buah buni, berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna kuning hijau. Tanaman sirih menyukai tempat yang terbuka atau sedikit terlindungi dan terdapat tempat untuk merambat. Tanaman sirih dikenal sejak tahun 600 SM dan banyak ditanam oleh masyarakat. Selain sebagai antiseptik, minyak atsiri dari daun sirih juga berfungsi sebagai insektisida dan fungsida.


                       

Gambar 2.1 Daun sirih

 

3.      Kandungan Daun Sirih (Piper betle L.)

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari chaficol paralyphenol atau betlephenol. Daun sirih mengandung zat – zat yaitu atsiri yang terdiri dari fenol dan sebagian besar chavicol. Chavicol memiliki daya antiseptik lima kali daripada fenol biasa. Daun sirih mengandung antiseptik berupa senyawa senyawa fenolik seperti eugenol, chavicol 7,2 – 16,7 %, alilpyrolcatekol, dan chavibetol 2,7 – 6,2% (Kusdarwati, 2013). Daun sirih juga mengandung kadinen 2,4-15,8%, estragol, terpenoid, sesquiterpen, fenil propane, tanin, diastase, pati dan gula (Achmad dan Suryana, 2009).

Tanin merupakan senyawa anti jamur yang menghambat kerja enzim selulosa dan hemiselulosa (Kusuma, 2004). Menurut Moelijanto dan Mulyono (2003) tanin dapat menghambat fosforilasi oksidatif oleh mitokondria sehingga sistem transpor elektron terhambat, tanin juga mampu membentuk ion kompleks dengan ion metal sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Senyawa fenil propanoid dan tanin yang terkandung didalam ekstrak daun sirih dapat mematikan bagi jamur Candida albicans (Reveny, 2011).

Kandungan minyak atsiri pada daun sirih berkisar 0,9-1,2 % yang memiliki kegunaan sebagai antiseptik dan anti mikroba. Minyak atsiri daun sirih mengandung eugenol, seskuiterpen, pati, diastase, gula, zat samak, dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksida, dan fungisida (Achmad dan Suryana, 2009).


4.      Manfaat Daun Sirih ( Piper betle L. )
      Daun sirih sudah dikenal oleh orang Indonesia sebagai tanaman obat yang berkhasiat dan telah teruji secara klinis khasiat daunnya. Secara tradisional tanaman daun sirih dipakai untuk mengatasi bau badan dan mulut, sariawan, mimisan. Membuat suara nyaring dan mengobati keputihan pada wanita karena daun ini mengandung zat antiseptik yang mampu membunuh kuman. Kandungan fenol pada daun sirih lebih efektif dibandingkan dengan fenol biasa (Amrulloh, 2008).
      Tanaman sirih memiliki aktifitas terhadap bakteri dan jamur karena daun sirih mengandung minyak atsiri dengan komponen fenol yang mempunyai daya antiseptik kuat dan memiliki potensi terhadap kuman (Reveny, 2011). Daun sirih dimanfaatkan sebagai pembasmi jamur Phytopthora palmipora penyebab penyakit busuk pangkal batang yang menyerang tanaman lada (Pudjiastuti, 1994). Ekstrak daun sirih bermanfaat sebagai pembasmi jamur Fusarium oxysporum Schlecht penyakit layu fusarium pada tanaman tomat,kentang, cabai dan jamur Rhizoctonia solani Khun penyebab penyakit rebah semai pada tanaman padi, kacang hijau,dan jeruk (Utami, 2000).

5.      Ekstraksi Daun Sirih

      Ekstraksi merupakan kegiatan pembuatan ekstrak dengan cara memisahkan kandungan kimia bahan yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut yang sesuai. Metode yang biasa digunakan untuk ekstraksi ada dua cara, dengan cara panas yaitu refluks, soxlet, digesti, infus, dan dengan cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi (Anonim, 1986).

 

6.      Tanin

      Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat dalam tumbuhan berpembuluh,  memiliki   gugus   fenol,  memilki   rasa  sepat   dan mampu menyamak kulit karena kemampuannya menyambung silang protein. Jika bereaksi  denganprotein  membentuk  kopolimer  mantap   yang  tidak  larut   dalam  air. Tanin secara  kimia  dikelompokkan  menjadi  dua  golongan  yaitu  taninterkondensasi  dan tanin terhidrolisis.

      Tanin  terkondensasi  atau  flavolan secara biosintesis dapat  dianggap terbentuk dengan  cara kondensasi katekin tunggal  yang  membentuk  senyawa dimer dan  kemudian  oligomer  yang lebih  tinggi. Tanin terhidrolisis  mengandung ikatan  ester  yang  dapat  terhidrolisis  jika dididihkan dalam asam  klorida encer (Harborne, 1987).

Uji tanin dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak sampel kedalam metanol  sampai sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes  larutan  FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan  atau hijau (Sangi et al., 2008).

7.      Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).

D.    Alat Dan Bahan
1.      ALAT
a.       Seperangkat alat infus
b.      Seperangkat alat KLT
2.      BAHAN
a.       Daun sirih hijau segar
b.      Aquadest
c.       N-butanol
d.      Asam asetat
e.       Aquadest
f.       Plat silica gel 254

E.     Cara Kerja
1.      Ekstraksi Dan Isolasi
Timbang 40 gram sebuk bahan, masukkan dalam panci infus dan tambahkan 240 ml air. Didihkan selama 15 menit 90á´¼C. Saring campuran melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan pindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih. Simpan dalam lemari es selama 1 minggu sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan. Tuangkan sebagian besar larutan jernih dengan hati-hati agar kristal tidak ikut tertuang, kemudian saring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring yang telah ditara. Jika masih ada kristal yang menempel pada dasar erlenmeyer bilas dengan air suling dan tuangkan bilasan ke kertas saring, cuci kristal dengan 10 ml air es. Keringkan kertas saring bersama endapan pada suhu 50á´¼C, sampai kering kemudian ditimbang untuk memperoleh rendemen dari hasil yang didapat.

2.      Identifikasi Flavonoid
Larutan dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a.       Fase diam : Silika gel GF 254
b.      Fase gerak : n-butanol – asam asetat – air (5:1:4)
c.       Cuplikan : larutan sampel dan pembanding larutan asam tanat
d.      Deteksi : UV 366

F.     Hasil Praktikum
1.      Nama simplisia                              : Piper betle
2.      Metode ekstaksi                            : Infundasi
3.      Jumlah pelarut yang diperlukan    : 240 ml
4.      Jumlah siklus                                 : 1
5.      Rendemen ekstrak                        : -
6.      Pemerian ekstrak
a.       Aroma                   : khas aromatik sesuai tanaman asal
b.      Warna                    : kekuningan
c.       Bentuk/tekstur      : infus cair
7.      Hasil pengamatan dengan kromatografi
a.       Fase diam             : plat silika gel GF 254
b.      Fase gerak             : n-butanol – etil asetat – air (5 : 1 : 4)
c.       Pembanding          : Asam tanat
d.      Deteksi                  : UV 366
e.       Pereaksi Semprot : FeCl₃

 














Rf sampel              : 0,8375
Rf pembanding     : 0,8
G.    Pembahasan


Sirih termasuk tanaman yang tumbuh merambat. Rasa sirih hijau tua pedas dan berbau khas aromatik. Kegunaan daun sirih hijau sangat beragam seperti antimikroba dan antidiare yang dihasilkan dari zat aktif tanin. Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman. Mekanisme kerja tanin terhadap bakteri dengan memprestipasi protein, inaktivasi fungsi materi genetik dan menginaktifkan kemampuan menempel bakteri.
Dalam praktikum ini digunakan daun sirih hijau yang diinfundasi. Digunakan metode infundasi karena daun sirih memiliki struktur jaringan yang lunak dan zat aktifnya berada diluar jaringan. Hasil filtrasi yang telah didapatdilakukan pengujian uji kromatografi lapis tipis dan uji skrining tanin.
Uji skrining dilakukan dengan penambahan beberapa tetes larutan FeCl₃ pada larutan sampel hasil infundasi daun sirih hijau dan didapatkan hasil perubahan warna pada sampel menjadi hijau kehitaman. Hasil ini menunjukkan adanya tanin pada ekstrak daun sirih yang diekstraksi sesuai dengan literatur.
Pengujian uji kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan silika gel GF 254 sebagai fase diam, n-butanol – etil asetat – air (5 : 1 : 4) sebagai fase gerak, larutan asam tanat sebagai pembanding dan menggunakan detektor UV 366 untuk mendeteksi fase geraknya.
Fase gerak dicampur dalam corong pisah dan dipisahkan minyak dan airnya. Minyak yang terpisah yang akan digunakan sebagai fase gerak, dijenuhkan untuk menyamakan tekanan dan uap dalam chamber. Setelah itu dijenuhkan plat yang sudah ditotol larutan sampel daun sirih dan larutan pembanding.
Hasil pembacaan menggunakan detektor UV 366 dan pereaksi semprot FeCl₃ didapatkan hasil panjang fase gerak larutan sampel 6,7 cm dan panjang fase gerak larutan pembanding 6,4 cm. Hasil Rf sampel 0,8375 dan Rf pembanding 0,8

H.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih yang diuji mengandung tanin berdasarkan hasil uji skrining dan kromatografi lapis tipis dengan harga Rf 0,8375.

I.       Daftar Pustaka
Achmad & I. Suryana. 2009. Pengujian Aktifitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Rhizoctonia sp. Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor . 20 (1) : 92 – 98.
Amrulloh, I. 2008. Uji potensi ekstrak daun sirih ( Piper betle L.) sebagai antimikroba
terhadap bakteri Xanthomonas oryzae dan jamur Fusarium oxysporum. Skripsi pdf. Malang : Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Cronquist, A. 1981. An Intregrated System of Classification of Flowering Plants. New
York : Columbia University Press.
Fauziah, Mulisah, 2007, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Penebar
Swadaya, Depok
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
MenganalisisTumbuhan, Terbitan Kedua. Bandung: ITB
Hostettmann, K., dkk., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit
ITB, Bandung.
Kusdarwati, R. dkk. 2013. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L) Terhadap Saprolegnia sp. Secara In Vitro. Jurnal
Penelitian Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. 5 (1) : 15-21
Kusuma, W.H.M.N. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta : Pustaka
Kartim.
Moelijanto, R. D. & Mulyono. 2003. Khasiat Dan Manfaat Daun Sirih. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Pudjiastuti. 1994. Kajian pendahuluan perasan daun sirih , lada, dan cabai jawa
terhadaap pertumbuhan jamur. Hasil penelitian pemanfaatan pestisida nabati. Bogor : Institut Teknologi Bandung.
Reveny, J. 2011. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih (Piper betle
Linn.). Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 12  (1): 6-12
Sangi, M.; Runtuwene, M.R.J.; Simbala, H.E.I. dan Makang, V.M.A. 2008. Analisis 
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.Chemistry Progress.  Vol 1, hlm: 47-53
Utami, N. D. 2000. Uji kemampuan daya hambat ekstrak daun sirih( Piper betle L.)
terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum Schlecht dan Rhizoctonia solani Khun secara in-vitro. Skripsi. Purwokerto : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.




Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-Cair

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA PERCOBAAN KE 6 FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR Nama                       ...